Fenomena Kuburan yang mengeluarkan darah di Rorotan, Cakung, Jakarta Utara, diketahui terjadi sejak Februari 2012 silam. Kuburan yang dihuni ibu dan anak ini, ramai dikunjungi warga karena fenomenanya yang tak lazim.
"Ibu-nya, Almarhumah Rohani, meninggal 18 Februari. Kira-kira 3 hari sejak dikubur baru keluarkan darah," kata Penjaga TPU Rorotan, Otong, Di Lokasi, Jl Malaka IV, Rorotan, Cakung, Jakarta, Kamis (12/4/2012).
Selain Almarhumah Rohani, kuburan tersebut juga dihuni oleh sang anak yang bernama Faisal Iskandar. Almarhum Faisal dikubur pada 10 September 2004 lampau.
"Pas anaknya dikubur, enggak ada kejadian seperti ini. Pas ibunya dikubur baru ada kayak begini," pungkas penjaga TPU yang berumur 27 tahun ini.
Hembusan bau amis yang diakibatkan fenomena ini, membuat Otong dan beberapa temannya muntah-muntah. Pasalnya bau amis tersebut amat lah tidak sedap.
"Kalau lagi kencang anginnya, saya sama teman saya, kadang-kadang sampai muntah. Enggak kuat sama baunya," ujar Otong.
Menurut penjaga makam, Otong, semasa hidup Rohani, saat masih hidup bekerja sebagai orang yang meminjamkan uang.
"Dulunya si ibu itu rentenir. Dia sempat jadi warga Rorotan, terus pindah ke Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara," kata Otong saat ditemui di lokasi, Jl Malaka IV, Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (12/4/2012).
Rohani sejak 2009 lalu pindah rumah dari Rorotan ke Warakas. Otong menambahkan, kendati rentenir, Ibu Rohani bersikap santun pada warga.
"Ibunya doyan ngobrol, baik sama kita juga," terang Otong.
Saat hidup di Rorotan, Rohani tinggal di perumahan Green Garden. Ia tinggal bersama suaminya dan anak-anaknya. Rohani pun hidup secara berkecukupan.
Namun, kuburan yang dihuni oleh Royani sejak 18 Februari silam jarang dikunjungi keluarganya. Bahkan, saat 40 harian pun sang keluarga tak kunjung melayat makam tersebut.
"Jarang datang, kalaupun datang cuma tengok saja. Enggak minta dibersihkan," tutp Otong.
Pernah saat 31 Maret lalu keluarga datang. Namun tidak ada kata yang terucap. Bahkan utang Rp 100 ribu untuk memasang nisan pun tak dibayarkan.
"Masih ada utang sama kita. Utang Rp 100 ribu. Dulu papannya kan kayu, terus keluarganya minta dibikin dari batu granit. Sampai sekarang belum di bayar," ucap Otong.
Makam itu membuat heboh warga sekitar lokasi pekuburan. Sejak Februari lalu kala mulai muncul tetesan darah dari makam. Kemudian ketika angin berhembus, bau amis pun tersebar. Banyak warga datang dan melihat makam itu. Namun tidak ada yang bisa warga lakukan. Mereka pun tak tahu penyebabnya.
"Dulunya si ibu itu rentenir. Dia sempat jadi warga Rorotan, terus pindah ke Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara," kata Otong saat ditemui di lokasi, Jl Malaka IV, Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (12/4/2012).
Rohani sejak 2009 lalu pindah rumah dari Rorotan ke Warakas. Otong menambahkan, kendati rentenir, Ibu Rohani bersikap santun pada warga.
"Ibunya doyan ngobrol, baik sama kita juga," terang Otong.
Saat hidup di Rorotan, Rohani tinggal di perumahan Green Garden. Ia tinggal bersama suaminya dan anak-anaknya. Rohani pun hidup secara berkecukupan.
Namun, kuburan yang dihuni oleh Royani sejak 18 Februari silam jarang dikunjungi keluarganya. Bahkan, saat 40 harian pun sang keluarga tak kunjung melayat makam tersebut.
"Jarang datang, kalaupun datang cuma tengok saja. Enggak minta dibersihkan," tutp Otong.
Pernah saat 31 Maret lalu keluarga datang. Namun tidak ada kata yang terucap. Bahkan utang Rp 100 ribu untuk memasang nisan pun tak dibayarkan.
"Masih ada utang sama kita. Utang Rp 100 ribu. Dulu papannya kan kayu, terus keluarganya minta dibikin dari batu granit. Sampai sekarang belum di bayar," ucap Otong.
Makam itu membuat heboh warga sekitar lokasi pekuburan. Sejak Februari lalu kala mulai muncul tetesan darah dari makam. Kemudian ketika angin berhembus, bau amis pun tersebar. Banyak warga datang dan melihat makam itu. Namun tidak ada yang bisa warga lakukan. Mereka pun tak tahu penyebabnya.
No comments:
Post a Comment