Zainal Arifin Thoha adalah seorang guru yang selalu mengajarkan kepada orang lain agar memiliki kepekaan dan kepedualian kepada sesama. Pada mulanya dia mengajak beberapa orang anak yatim untuk tinggal di rumahnya. Dia mendidik mereka agar bisa bertemu dengan banyak orang dan belajar hidup dari orang-orang yang sukses juga bisa belajar hidup dari orang-orang gagal. Dia selalu mengatakan pada muridnya bahwa sesungguhnya kehidupan ini adalah kausalitas. Jika sekarang melakukan sesuatu dengan fatal, maka tentu saja implikasinya adalah kehidupan yang fatal dibelakang hari.
Begitu pula sebaliknya, ketika seseorang memulai kehidupanya dengan baik, maka mereka akan menghadapi kehidupan yang nyaman ke depan.
Dari hal tersebut, setiap ada tamu yang datang kerumahnya, murid-muridnya selalu diperkenalkan dengan tamu-tamunya. Jika yang datang adalah seorang pengusaha sukses maka dia mengatakan bahwa untuk menjadi orang yang besar membutuhkan kepekaan, ketekunan, sikap peduli kepada orang lain dan hal-hal lain yang menarik untuk disimak oleh anak-anak yatim tersebut. Dari hal tersebut itulah anak-anak yatim akan termotifasi semangatnya.
Begitu pula ketika ada tamu yang berasal dari pengusaha yang telah gagal, dia juga menjelaskan dengan begitu detail proses kehidupannya sehingga membuat hidupnya menjadi gagal.
Baginya orang lain adalah sebuah buku yang bisa dibaca dan dari itulah muridnya bisa menjadikan contoh orang lain sebagai pelajaran penting.
Setiap kali ada anggota keluarganya ada yang sakit, dia kemudian memberikan santunan atau sedekah kepada orang yang lebih membutuhkan dengan niat agar anggota keluarganya yang sakit segera sembuh. Termasuk menyantuni orang-orang tua di sekitar rumahnya yang dipandangnya tidak mampu dari sisi ekonomi.
Rumahnya setiap hari selalu ramai dikunjungi tetangga-tetangga terdekat. Dia merasa tidak pernah kekurangan dalam rumah tangganya. Gajinya sebagai seorang guru PNS yang dirasa pas-pasan untuk menghidupi keluarganya, entah mengapa setiap hari ada saja rejeki yang datang walau hanya sebatas mengisi les privat dari seorang tua wali murid yang mempercayakannya kepadanya. Hartanya berkah, rumahnya selalu bersih dan enak dilihat walaupun hanya berisi perabotan tua tapi entah mengapa para tetangga selalu rindu apabila ada hari yang terlewatkan tidak silaturahmi kerumah Zainal. Diskusi-diskusi agama yang disampaikan Zainal begitu sederhana tapi mengena, suatu siraman rohani yang belum tentu didapatkan di masjid-masjid yang dikunjungi oleh para tetangga sekitar rumahnya.
Motifasi itulah yang mendorong hati Zainal untuk terus bisa memberi sebisa mungkin. Zainal adalah salah satu pelaku sedekah yang merasakan kebahagiaan karena hikmah sedekah. Dia adalah bagian dari cahaya sedekah....
subhanalloh..........
No comments:
Post a Comment