Masrurah Aniswatin nama lengkapnya, seorang pedagang kelontong di sebuah pasar. Ia berupaya untuk selalu menenangkan dirinya dengan bersedekah dengan cara yang lebih baik. Ia memiliki cara yang lebih segar dalam melakukan sedekah., ia berupaya untuk menciptakan sebuah daya hidup agar dirinya menjadi lebih baik lagi. Berdagang kelontong sebenarnya tidak perlu modal yang besar dan lengkap, ia berdagang dengan modal kepercayaan dari orang lain. Modal yang dipercayakan oleh orang lain sangat dipegang teguh oleh Anis, begitu panggilannnya. Suatu waktu ada seorang nenek tua yang datang padanya. Nenek tua yang tidak dikenalnya itu ingin membeli beras setengah kilo padanya.
"Mbah mau beli beras untuk siapa.??"
"Saya membelinya untuk dibuat menyambung hidup saya sendiri."
"Mbah hidup sendirian.? Penasaran Anis..
"Ya." Kata Mbah tadi
"Mbah enggak punya anak.?
"Punya , tapi anak saya jauh."
Melihat kondisi nenek tua ini, hatinya merasa terpanggil untuk membantunya.
Anis mengambil keputusan untuk memberi beras nenek tua ini satu kilo dan uangnya Mbah tadi dikembalikannya.
"Kenapa uangnya dikembalikan Nak?
"Tidak apa-apa Mbah, niat saya cuma mau membantu Mbah."
"Mohon didoakan ya mbah."Begitu saja ucapan Anis.
"Baik Nak." Semoga jualan Nak akan langgeng."
Jawaban dari seorang nenek tua yang singkat tapi didengar Pemilik Alam Semesta.
Tidak semua orang begitu saja dapat melakukan hal-hal seperti itu tanpa dasar ikhlas.
Anis melakukan hal seperti itu bukan sekali saja, akan tetapi selalu dilakukan kepada orang-orang yang dimatanya sebetulnya orang tersebut butuh makan tapi kemampuannya terbatas.
Jualan Anis tidak pernah sepi. Rupiah yang dikumpulkan dari setiap keuntungan perkilonya tidak tahu mengapa sangat berkah. Kebutuhan hidupnya tidak pernah kurang tidak pernah berlebih. Modal beras yang dipercayakan oleh orang lain dapat dikembalikan dalam waktu selalu tepat dan tidak pernah nunggak.
Ada saja orang-orang tertentu yang memintakan beras darinya dalam jumlah ratusan kilo yang minta dihantarkan dengan truk.
Kehidupan Anis dari jualan kelontong dapat menghidupi diri dan anak-anaknya. Sebagai seorang janda yang ditinggal mati suaminya, mencari nafkah adalah suatu keharusan. Pada awalnya orang-orang di sekitarnya Anis berjualan heran, kenapa Anis begitu mudah memberikan beras kepada orang yang tidak dikenalnya. Tapi karena hal tersebut selalu dilakukan berulang-ulang akhirnya orang-orang disekitarnya berjualan hanya berdesah kagum. Beras yang sebetulnya bukanlah dari milik sendiri dan dari modal sendiri begitu mudah diberikan ke orang lain. Tapi begitulah Anis, wajahnya yang cantik memberikan nilai tersendiri bagi setiap orang yang akan membelinya. Hatinya bersih dan tidak suka membicarakan keburukan orang lain.
Bagi orang yang berjualan dengan kondisi lapak yang berdekatan biasanya rasa iri dan dengki akan muncul begitu saja apabila lapak orang lain laku jualannya dan milik dia sendiri sepi. Hal tersebut kenapa tidak muncul pada hal yang sama apabila dagangan Anis laku. Suatu kejadian yang luar biasa....
Subhanalloh.....sedekah kecil tapi rutin dilakukan, sedekah yang mempunyai ciri khas serta sentuhan tersendiri
No comments:
Post a Comment