Kondisi Indonesia
secara sosial, politik maupun ekonomi sama-sama kita ketahui tidak
semakin membaik paska Reformasi, hingga beberapa waktu lalu beredar
berita tentang hasil pooling yang menyebutkan Presiden Soeharto lebih
baik ketimbang SBY.
Berkali-kali tulisan dalam blog ini mengingatkan akan kondisi Indonesia yang sebenarnya. Namun kali ini kita tidak akan membahas tentang kondisi Indonesia, melainkan Amerika, negara yang menjadi KIBLAT KEMAJUAN para Liberalis, karena kondisi di Indonesia hanya riak-riak saja dari sistem ekonomi-sosial-politik global yang dikendalikan manusia-manusia tidak bermoral.
Ketika
Obama terpilih menjadi presiden, dunia seakan dilanda demam Obama. Ia
begitu diidolakan sebagian besar manusia di dunia meski ia tidak
mempunyai karya apapun untuk dibanggakan. Sebagai contoh, selama menjadi
politisi dengan duduk sebagai anggota legislatif ia tidak pernah
membuat satu pun rancangan undang-undang. Satu-satunya karya yang
dibuatkan adalah biografi yang orang biasa saja bisa menilainya sebagai:
SANGAT NARSIS.
Belum
lagi latar belakang keluarganya: orang tua kandungnya yang tidak jelas
status pernikahannya, ayahnya yang pemabuk berat dan meninggal tidak
wajar, dan ... ah foto-foto telanjang ibu kandungnya kala masih muda beredar luas di internet. (Yah ibu Obama memang wanita "modern" dan "progresif" serta seorang "pejuang demokrasi dan kesetaraan gender").
Herannya
masih banyak saja orang-orang "idiot" yang memuja-mujinya setinggi
langit hanya karena media-media massa barat sengaja mempromosikan
dirinya. Penulis (blogger) kenal dua orang petinggi media massa nasional
"idiot" yang begitu antusias memuja-muji Obama dan keluarganya, mereka
teman se-kampus dahulu.
Selain
kebohongan-kebohongan yang telah ditebarkannya (membawa perubahan,
menutup penjara Guantanamo, menghentikan perang di Irak dan Afghanistan .. bla bla bla),
Obama juga membawa ekonomi Amerika ke titik kehancuran yang tidak
pernah terjadi sebelumnya. Di bawah kepemimpinannya saat ini Amerika
meraih rekor hutang terbesar sepanjang sejarah, mencapai $15 triliun. Ia
bahkan berencana menambah hutang lagi senilai $1,2 triliun tahun 2012.
Dan
alih-alih memperhatikan rakyat kecil (Mainstreet), Obama justru
mengorbankan mereka demi memenuhi ambisi nafsu para pemilik modal
(Wallstreet) dengan kebijakan bailout-nya yang mencapai triliunan dolar.
Bukannya perekonomian semakin baik, justru semakin hancur. (Bailout
pada dasarnya adalah rekayasa untuk mengalihkan kekayaan sebagian besar
rakyat kepada sebagian kecil pemilik modal, dengan kata lain PERAMPOKAN
BESAR-BESARAN dan TERANG-TERANGAN).
Hutang
pemerintah pun semakin membengkak, karena bailout dibiayai dengan
hutang yang harus dibayar oleh pajak rakyat. Dan jika ditanyakan kepada
para pengambil kebijakan, kapan kira-kira semua hutang itu bisa lunas
dibayar, mereka hanya melengos karena memang tidak masuk akal
hutang-hutang itu bisa lunas.
Jika
pun ada mesin uang yang bisa mencetak uang $100 dolar setiap detiknya,
diperlukan waktu 4.750 tahun untuk melunasinya. Sialnya lagi pemerintah
pun tidak bisa mencetak uang karena kekuasaan itu sudah diserahkan
kepada sekelompok bandit pemilik saham bank sentral (Federal Reserve).
(Liberal idiot menyangka bank sentral dimiliki oleh pemerintah hanya
karena nama "federal". Mereka bahkan tidak bisa membedakan dengan
"Federal Express" atau merek sepeda "Federal").
Perusahaan-perusahaan
kolaps, dan penangguran meningkat tajam. Tinggal menunggu waktu saja
saat tidak ada lagi negara dan lembaga keuangan internasional yang mau
memberikan kredit kepada pemerintah Amerika, Amerika bangkrut dan hancur
ekonominya. Tidak bisa dibayangkan dampak kehancuran raksasa ekonomi
seperti Amerika terhadap perekonomian global. Kehancuran ekonomi global
yang sudah pasti diikuti kehancuran tatanan sosial politik global: PERANG & KEKACAUAN BESAR.
Di
seluruh Amerika, kemiskinan kini tampak sebagai fenomena yang mencolok.
Jutaan warganya yang bangga dengan negara serta apa yang telah
dicapainya kini sampai pada tahap tidak memiliki pilihan lain selain
menjadi "pengemis".
Pada
awalnya para pengangguran baru korban PHK masih bisa ditampung oleh
saudara dan kerabatnya. Namun kini jumlahnya sedemikian berat hingga
bahkan orang-orang yang dahulu menjadi penolong, kini harus turut
menjadi gelandangan. Pemandangan orang-orang bekas kelas menengah
pengendara BMW dan Mercy yang antri untuk mendapatkan ransum makanan
kini adalah hal biasa.
"Banyak
orang yang datang malu-malu kepada saya dan mengatakan, "Anda tahu,
dahulu saya sering menyumbang makanan dan uang ke sini. Sekarang saya
membutuhkan pertolongan Anda."," kata seorang penjaga dapur umum di
Crystal Lake, Illionis.
Namun
tidak semua orang akan meminta dengan baik-baik, ketika kondisi sosial
ekonomi semakin memburuk. Baru-baru ini saya melihat tayangan di program "Voice of America"
yang ditayangkan sebuah televisi nasional, tentang bagaimana
orang-orang rela bertelanjang hanya untuk mendapatkan diskon sepatu
merek terkenal. Dan saat pintu toko dibuka, orang-orang saling berkelahi
hanya untuk bisa masuk. Pemandangan seperti itu ternyata sudah menjadi
hal biasa di Amerika.
Orang
bijak berkata, kegilaan terjadi saat seseorang melakukan hal yang sama
berulang-ulang namun ia mengharapkan terjadinya perubahan. Rakyat
Amerika, juga Indonesia tentunya, serta negara-negara "demokratis"
lainnya, terus saja memilih para kriminal dan pencuri sebagai pemimpin
mereka dan kemudian bermimpi keadaan akan menjadi lebih baik. Mereka
menyangka para pemimpin itu adalah orang-orang yang bijaksana hanya
karena kampanye pencitraan melalui media massa.
Banyak
perubahan kecil atau sebuah perubahan besar saja tidak akan cukup untuk
membuat keadaan membaik. Diperlukan perubahan besar-besaran secara
fundamental dan komprehensif (REVOLUSI). Dan untuk itu diperlukan
seorang pemimpin yang tegas dan bijaksana. Bukan pemimpin yang peragu,
apalagi perajuk yang bukannya mengayomi rakyat, justru membebani rakyat
dengan keluh kesah. Orang ini hanya pantas masuk...........TONG SAMPAH.(cahyono adi/mantan wartawan)
No comments:
Post a Comment