Tanpa disadari terkadang sikap apatis
menyertai saat langkah kaki mengarungi tuk coba taklukkan ibukota negri
ini. Semoga kita selalu diingatkan. Sekedar berbagi cerita di forum
orang-orang super dalam keindahan hari ini :
Siang
ini February 6, 2009, tanpa sengaja saya bertemu dua manusia super.
Mereka mahluk-mahluk kecil, kurus, kumal berbasuh keringat. Tepatnya
diatas jembatan penyeberangan setia budi, dua sosok kecil berumur kira
kira delapan tahun menjajakan tissue dengan wadah kantong plastik hitam.
Saat
menyeberang untuk makan siang mereka menawari saya tissue di ujung
jembatan, dengan keangkuhan khas penduduk Jakarta saya hanya mengangkat
tangan lebar lebar tanpa tersenyum yang dibalas dengan sopannya oleh
mereka dengan ucapan "Terima kasih Oom !". Saya masih tak menyadari
kemuliaan mereka dan Cuma mulai membuka sedikit senyum seraya mengangguk
kearah mereka.
Kaki
- kaki kecil mereka menjelajah lajur lain diatas jembatan, menyapa
seorang laki laki lain dengan tetap berpolah seorang anak kecil yang
penuh keceriaan, laki laki itupun menolak dengan gaya yang sama dengan
saya, lagi lagi sayup sayup saya mendengar ucapan terima kasih dari
mulut kecil mereka. Kantong hitam tampat stok tissue dagangan mereka
tetap teronggok disudut jembatan tertabrak derai angin Jakarta . Saya
melewatinya dengan lirikan kearah dalam kantong itu , duapertiga terisi
tissue putih berbalut plastik transparan .
Setengah
jam kemudian saya melewati tempat yang sama dan mendapati mereka tengah
mendapatkan pembeli seorang wanita , senyum diwajah mereka terlihat
berkembang seolah memecah mendung yang sedang manggayut langit Jakarta. "
Terima kasih ya mbak.semuanya dua ribu lima ratus rupiah!" tukas
mereka, tak lama siwanita merogoh tasnya dan mengeluarkan uang sejumlah
sepuluh ribu rupiah.
"
Maaf, nggak ada kembaliannya ..ada uang pas nggak mbak ? " mereka
menyodorkan kembali uang tersebut. Si wanita menggeleng, lalu dengan
sigapnya anak yang bertubuh lebih kecil menghampiri saya yang tengah
mengamati mereka bertiga pada jarak empat meter.
"
Oom boleh tukar uang nggak, receh sepuluh ribuan ?" suaranya
mengingatkan kepada anak lelaki saya yang seusia mereka. sedikit
terhenyak saya merogoh saku celana dan hanya menemukan uang sisa
kembalian food court sebesar empat ribu rupiah .
"
Nggak punya, tukas saya !" lalu tak lama siwanita berkata " ambil saja
kembaliannya , dik !" sambil berbalik badan dan meneruskan langkahnya
kearah ujung sebelah timur.
Anak
ini terkesiap, ia menyambar uang empat ribuan saya dan menukarnya
dengan uang sepuluh ribuan tersebut dan meletakkannya kegenggaman saya
yang masih tetap berhenti , lalu ia mengejar wanita tersebut untuk
memberikan uang empat ribu rupiah tadi. Siwanita kaget, setengah
berteriak ia bilang " sudah buat kamu saja, nggak apa..apa ambil saja
!", namun mereka berkeras mengembalikan uang tersebut. " maaf mbak ,
Cuma ada empat ribu , nanti kalau lewat sini lagi saya kembalikan !"
Akhirnya uang itu diterima siwanita karena sikecil pergi
meninggalkannya.
Tinggallah
episode saya dan mereka , uang sepuluh ribu digenggaman saya tentu
bukan sepenuhnya milik saya. mereka menghampiri saya dan berujar " Om,
bisa tunggu ya, saya kebawah dulu untuk tukar uang ketukang ojek !".
"
eeh .nggak usah ..nggak usah ..biar aja ..nih !" saya kasih uang itu ke
sikecil, ia menerimanya tapi terus berlari kebawah jembatan menuruni
tangga yang cukup curam menuju ke kumpulan tukang ojek.
Saya hendak meneruskan langkah tapi dihentikan oleh anak yang satunya,
" Nanti dulu Om , biar ditukar dulu ..sebentar "
" Nggak apa apa , itu buat kalian " Lanjut saya
"
jangan ..jangan Om , itu uang om sama mbak yang tadi juga " anak itu
bersikeras " Sudah ..saya Ikhlas , mbak tadi juga pasti ikhlas ! saya
berusaha membargain, namun ia menghalangi saya sejenak dan berlari
keujung jembatan berteriak memanggil temannya untuk segera cepat ,
secepat kilat juga ia meraih kantong plastik hitamnya dan berlari kearah
saya.
" Ini deh om, kalau kelamaan, maaf .." ia memberi saya delapan pack tissue " Buat apa ?" saya terbengong
" Habis teman saya lama sih Om, maaf, tukar pakai tissue aja dulu " walau dikembalikan ia tetap menolak .
Saya
tatap wajahnya, perasaan bersalah muncul pada rona mukanya. Saya kalah
set, ia tetap kukuh menutup rapat tas plastic hitam tissuenya. Beberapa
saat saya mematung di sana , sampai sikecil telah kembali dengan
genggaman uang receh sepuluh ribu, dan mengambil tissue dari tangan saya
serta memberikan uang empat ribu rupiah.
"Terima
kasih Om, !"..mereka kembali keujung jembatan sambil sayup sayup
terdengar percakapan " Duit mbak tadi gimana ..? " suara kecil yang lain
menyahut " lu hafal kan orangnya, kali aja ketemu lagi ntar kita
kasihin ..." percakapan itu sayup sayup menghilang, saya terhenyak dan
kembali ke kantor dengan seribu perasaan.
Ya
Allah ..Hari ini saya belajar dari dua manusia super, kekuatan
kepribadian mereka menaklukan Jakarta membuat saya trenyuh, mereka
berbalut baju lusuh tapi hati dan kemuliaannya sehalus sutra , mereka
tahu hak mereka dan hak orang lain, mereka berusaha tak meminta minta
dengan berdagang Tissue.
Dua anak kecil yang bahkan belum baligh, memiliki kemuliaan diumur mereka yang begitu belia. Ya Allah ya Robb.........
Sumber situslakalaka.blogspot.com
No comments:
Post a Comment