Saturday, December 03, 2011

Sandiwara Deradikalisasi Ala Ketua BNPT Ansyad Mbai


Siapa yang tidak kenal dengan Ansyad Mbai, sosok yang dua tahun terakhir ini sering nongol di layar kaca, menjadi narasumber dalam isu-isu terorisme.

Dan dengan lembaga yang di gawanginya, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyad Mbai bersama para krunya gencar melakukan langkah-langkah membabat habis terorisme sampai akar-akarnya. Salah satu program yang paling mendapatkan perhatian selain langkah LE (penegakan hukum) adalah......gerakan deradikalisasi, .

Proyek yang cukup membuat "buncit" perut orang-orang yang tamak dan opurtunis, juga menjadi lahan dan ladang pekerjaan baru bagi sebagian kelompok atau individu yang biasa melacur dengan ilmu dan intelektualitasnya.

Pak Ansyad ingin menjadikan masyarakat tidak radikal atau bahkan kemudian melakukan tindak pidana terorisme, maka proyek ini juga tidak hanya orang-orang (kelompok) radikal yang akan dijadikan obyek, tapi juga masyarakat luas agar mereka tidak menjadi orang-orang radikal karena pemahaman agamanya (Islam).

Yang perlu di ingat, proyek ini tidak untuk men Deradikalisasi orang-orang nonmuslim yang Ekstrimis atau kelompok ektrimis lainnya, tapi sejatinya adalah proyek untuk "mengkebiri" umat Islam agar menjadi warga negara yang "manis" menjadi penumpang diatas "kapal (negara)" yang dibawa mengarungi samudra dengan gelombang, badai dan topan yang ganas (Demokrasi & Neo Liberalisme-sebagai sebuah pilihan konyol, padahal masih ada jalan lain dan rute lain yang lebih selamat).

Tapi saya tidak ingin membahas masalah ini panjang lebar, saya hanya ingin berbagi setelah melihat di lapangan kemudian sampailah rasa dan pikiran serta fisik saya tentang sebuah daerah kabupaten kecil di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di sebuah pulau Bau-bau dan kordinatnya di Buton Utara, kota kecil (kecamatan) Arekke'. Inilah kampung Bos BNPT (Ansyad Mbai) itu

Dari pembacaan dan penyerapan dilapangan itu, ada sesuatu yang miris, yang membuat saya mau ataupun tidak, harus mengatakan sebuah ironi untuk pak Ansyad Mbai tentang sebuah fakta yang terjadi di Arekke beberapa bulan lalu?

Tersebutlah seorang perempuan paruh baya, dia bernama SUMARNI. Di daerah itu dia menjadi ketua partai Golkar, hanya jebolan -IJAZAH PAKET C- SMU, dan masyarakat mengenalnya sebagai ISTRI ANSYAD MBAI, Seorang pensiunan jendral dan sekarang jadi orang penting di bawah Presiden (ketua BNPT), istri seorang mantan Kapolda dari suatu tempat, dan dikenal sebagai seorang yang "tajir" karena banyaknya usaha kebun sawit dll.

Ibu satu ini kemudian mencoba mengadu nasib, mengadu keberuntungan untuk menjadi Bupati Buton Utara (daerah pemekaran baru), sekalipun sudah lama tidak tinggal di Arekke. Mungkin karena modal duit yang cukup, dengan jabatan ketua Golkar plus dibelakangnya ada seorang suami "orang penting" pensiunan mayor Jendral polisi, Ibu satu ini dengan bekal Ijazah SMU-PAKET C maju berlaga dengan 4 pasangan calon Bupati lainnya. Uniknya, hampir semua calonnya ternyata masih ada kaitan "saudara" alias famili/saudara sepupu dll...

Kampanye dimulai, pasang gambar, poster dll semua dilakukan layaknya jelang pilkada. Saat kampanye ibu ini berjanji: akan meningkatkan kesejahteraan PNS, dan berjanji pula; para pejabat akan di naikkan, dari eselon II menjadi eselon III, dari eselon III menjadi eselon IV (hmmm......ehm...uhuk..uhuk)

Akhirnya singkat cerita, Ibu ini gagal total dan kalah. Seperti biasa, sekalipun calon yang menang sudah dilantik, tidak juga menyurutkan langkah Ibu ini beserta bolokurowonya (tim) untuk menggugat dan mempersoalkan keabsahan pejabat bupati yang sah saat ini (bupati itu sepupu juga dengan ibu sumarni). Kekecewaan dan kerugian besar akibat gagal jadi bupati, menjadi stimulus munculnya tindakan-tindakan RADIKAL DAN ANARKIS DARI MASSA PENDUKUNGNYA...

Akhirnya sebuah fakta pun tidak bisa ditutupi. Masa yang bergerak dari rumah tinggal Ansyad Mbai beriringan berjalan ke arah fasilitas pemerintah, bergerak membakar Kantor Dispenda hingga ludes. Kemudian Kantor DPRD juga porak poranda. 2 mobil dinas hangus terbakar. DEMOKRASI dengan Pilkadanya menjadi sumber tindakan radikal dan Anarkis...yang justru digembar gemborkannya selama ini

Siapapun yang membaca atau menyebarkan artikel ini...coba pembaca situslakalaka tanyakan dulu pada pak Ansyad Mbai: deradikalisasi macam apakah yang dia inginkan....??? Di kampung sendiri, Istrinya yang kalah berlaga menjadi pemicu massa berkumpul dan menghancurkan fasilitas pemerintah yang dibuat dari uang rakyat....bukankah ini sebuah tindakan bar-bar dan melebihi TERORIS ????

Sumber : notes facebook / situslakalaka.blogspot.com

No comments:

Post a Comment

Pages

Gabung Yuk....