Thursday, January 19, 2012

Pola Pikir Terbalik Dalam "Kitab Terjemahan Bahasa Indonesia"


Pernah terjadi sebuah adu pendapat Disebuah aula besar, antara seorang penghapal Qur'an (hafidz), mahasiswa muda lulusan universitas islam, dengan seorang yang disegani, pemilik dan pengasuh pondok pesantren ternama di sebuah kota.

Dengan disaksikan seluruh jamaah sang pengasuh pesantren, dan beberapa saja dari mahasiswa muda itu, bisa ditebak jika semangat ada di pihak sang pengasuh pesantren. Dengan berapi-api dia menegaskan, bahwa menuntut ilmu jangan sembarangan dan harus langsung dari sumber aslinya (Al Qur'an & Hadits).

Sang pengasuh pesantren begitu bersemangat hingga ia mengeluarkan semua kemampuan nahwu, shorof, manteq, balaghoh dan ushul fiqih beserta cabang-cabang yang ia miliki untuk menjelaskan pemahamannya itu. Inti pembicaraan yang bisa disimpulkan adalah "Kalau tidak tahu bahasa arab ….ngaji kepada yang tahu"
Mendengar hal itu, sang pemuda yang sejak tadi mendengarkan dengan seksama, mulai menjelaskan pemahamannya dengan tenang sesuai dengan bahasa yang dimengerti hadirin. BAHASA INDONESIA. Hal ini membuat sang pengasuh pesantren berada diatas angin, dengan semangatnya dia terus menerus mengungkapkan penjelasannya dengan bahasa Arab, seolah saat itu dia tak ubahnya seorang orator ulung.

Hadirin yang nota bene campuran dari kalangan santri dan kalangan awam, yang melihat perdebatan itu pun berdecak kagum pada sang pengasuh pesantren. Tapi sungguh mengherankan, pemuda itu hanya tersenyum, geli, seolah dia hendak menutupi kekalahannya dalam adu pendapat itu.

Ketika perdebatan itu sedang alot-alotnya, dengan ekspresi wajah yang tenang dan berwibawa, tiba tiba dari mulutnya keluar serentetan ayat, hadits berikut perawi nya, tepat seperti kitab yang ada dalam pegangan sang pengasuh pesantren. Berkali kali dia menjelaskan dengan panjang lebar, penjelasan yang seolah tak ada putusnya itu tentu saja hanya bisa dimengerti oleh orang yang menguasai bahasa Arab saja.

Hadirin terdiam. Sang pengasuh pesantren menunduk. Dirinya yang lulusan terbaik sebuah pesantren ternama di Jawa Timur tak pernah menyangka sedikitpun jika yang dihadapinya adalah seorang alumnus mahasiswa dari universitas terkemuka dunia (Mesir), sebuah tempat, sekaligus pemilik bahasa yang dekat sekali dengan sumbernya (ALQURAN & HADITS), karena sebelumnya dia hanya memperkenalkan diri sebagai Mahasiswa saja.

Dan kini dengan ilmunya sang mahasiswa sedang menyelesaikan terjemahan kitab dalam bahasa Indonesia, bahasa yang mudah dimengerti oleh sebagian besar masyarakat kita.

Menurut pembaca situslakalaka, salahkah sang mahasiswa tadi yang berniat mengamalkan dan menyebarkan ilmunya dengan bahasa yang mudah digunakan itu ? Salahkah kita membaca dan belajar dari KITAB hasil Terjemahan sang mahasiswa itu, ataukah kekeh dengan pendapat sang pengasuh pesantren tadi, bahwa "jangan sembarangan membaca, apalagi kitab terjemahan dalam bahasa indonesia?.

Catatan :
Tolong jangan cari siapa yang kalah atau menang dalam persoalan diatas. Karena disana ada HIKMAH Yang Dalam sekali.......hikmah yang perlu diambil oleh orang yang BUKAN SEKEDAR BERAKAL, tetapi juga MEMPERGUNAKAN AKALNYA.

"Wahai pembaca, Lihatlah apa yang dikatakannya, dan jangan melihat SIAPA YANG MENGATAKANNYA (Undzur maa qoola walaa tandzur MAN QOLA) " Kebenaran tetaplah kebenaran meski ia keluar dari mulut seorang penjahat "
sumber : situslakalaka.blogspot.com

No comments:

Post a Comment

Pages

Gabung Yuk....