Monday, January 16, 2012

Taubatnya Seorang "Kyai NU"...


Membaca judul diatas, sepintas terbersit dalam benak kita, apa sebab seseorang dengan level "kyai" tersebut bertaubat dari sebuah organisasi masa terbesar di Indonesia, ada apa dibalik organisasi massa yang telah berpuluh-puluh tahun membesarkan namanya ? Beriktu uraiannya :

"Kita biasa melakukan ziarah ngalap berkah sekaligus kirim pahala bacaan kepada penghuni kubur/mayit yang sebenarnya hal tersebut atas dasar kebodohan kita.

Saya sendiri di kala masih berumur 12 tahun sudah mulai melakukan ziarah ngalap berkah dan kirim pahala bacaan, dan waktu itu saya belum tahu ilmu sama sekali, yang ada hanya ikut-ikutan saja (TAKLID).

Saat itu saya hanya melihat banyak orang yang melakukan, dan bahkan banyak juga kyai yang mengamalkannya. Hingga saya menduga dan beranggapan bahwa hal itu adalah suatu kebenaran. (Kyai Afrokhi dalam Buku Putih Kyai NU hal. 210)
Beliau adalah Kyai Afrokhi Abdul Ghoni, pendiri sekaligus pengasuh Ponpes Rahmatullah. Nama beliau tidak hanya dibicarakan oleh teman-teman dari Kediri saja, namun juga banyak diperbincangkan oleh teman-teman pengajian di Surabaya, Gresik, Malang dan Ponorogo.

Keberanian beliau dalam menantang arus budaya para "kyai" yang tidak sejalan dengan Al-Qur'an dan Sunnah shahih yang telah berurat berakar dalam lingkungan pesantrennya, membuatnya dikecam dan dikeluarkan secara sepihak dari keanggotaan NU.

Sikapnya yang berani terhadap arus kyai itu bukan berlandaskan apriori belaka, bukan pula didasari oleh kebencian kepada suatu golongan, emosi atau dendam, namun merupakan Kehendak, Hidayah dan Taufiq dari Allah ta'ala.

Ketika itu Kyai Afrokhi dengan terang-terangan hanya mengatakan dan menjelaskan apa yang haq adalah haq dan yang batil adalah batil. Ternyata, usaha beliau itu dianggap sebagai sebuah makar terhadap ajaran Nahdhatul Ulama (NU)

Seandainya para Kyai itu mau mengkaji kembali ajaran dan tradisi budaya yang berurat berakar yang telah dikritisi dan digugat oleh banyak pihak. termasuk dari para ulama tanah haram, tentu penyakit-penyakit kronis yang ada dalam tubuh NU akan bisa terobati. Aqidah umatnya akan terselamatkan dari penyakit TBC (Tahayul, Bid'ah, Churofat).

Namun sayang, dakwah yang disampaikan oleh Kyai Afrokhi dipandang sebelah mata oleh para Kyai NU setempat. Mereka juga meragukan keloyalan beliau terhadap ajaran NU. Dengan demikian, beliau harus menerima konsekuensi berupa pemecatan dari kepengurusan keanggotaannya sebagai a'wan NU Kandangan, Kediri, sekaligus dikucilkan dari lingkungan para kyai dan lingkungan pesantren. Mereka semua memboikot aktivitas dakwah Kyai Afrokhi.

Walaupun beliau mendapat perlakuan yang demikian, beliau tetap menyikapinya dengan ketenangan jiwa yang nampak terpancar dari dalam dirinya.

Siapakah yang berani menempuh jalan seperti jalan yang ditempuh oleh Kyai Afrokhi, yang penuh cobaan dan cobaan? Atau Kyai mana yang ingin senasib dengan beliau yang tiba-tiba dikucilkan oleh komunitasnya karena meninggalkan ajaran-ajaran tradisi yang tidak sesuai dengan syari'at Islam yang haq?

Kalau bukan karena panggilan iman, kalau bukan karena pertolongan dari Allah niscaya tak seorangpun akan mampu melakukannya.

Kyai Afrokhi adalah sosok yang kuat. Beliau menentang arus orang-orang yang bergelar sama dengan gelar beliau. yakni Kyai.

Di saat banyak para Kyai yang bergelimang dalam kesyirikan, kebid'ahan dan tradisi-tradisi yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang haq, di saat itulah beliau tersadar dan menantang arus yang ada. Itulah jalan hidup yang penuh cobaan dan ujian.

Uraian diatas hanyalah secuil fenomena kyai yang telah bertaubat kepada Allah dari ajaran-ajaran syirik, bid'ah dan kufur. Walaupun Kyai Afrokhi ditinggalkan oleh para kyai ahli bid'ah, jama'ah serta santri beliau, ketegaran dan ketenangan beliau dalam menghadapi realita hidup begitu nampak dalam perilakunya.

Pernyataan taubat Kyai Afrokhi:
Untuk itulah buku ini saya susun sebagai koreksi total atas kekeliruan yang saya amalkan dan sekaligus merupakan permohonan maaf saya kepada warga Nahdhatul Ulama (NU) dimanapun berada yang merasa saya sesatkan dalam kebid'ahan Marhabanan, baca barzanji atau diba’an, maulidan, haul dan selamatan dari alif sampai ya` yang sudah berbau kesyirikan dan juga sebagai wujud pertaubatan saya. Semoga Allah senantiasa menerima taubat dan mengampuni segala dosa-dosa saya yang lalu (Amin ya robbal 'alamin)

(Dinukil dan diketik ulang dengan gubahan seperlunya dari buku Buku Putih Kyai NU oleh Kyai Afrokhi Abdul Ghoni, Pendiri dan Pengasuh Ponpes Rohmatulloh-Kediri-, mantan A'wan Syuriah MWC NU Kandangan Kediri)

catatan: Kisah nyata ini ditulis hanya semata-mata sebagai nasehat, bukan karena ada alasan sentimen atau kebencian terhadap sebuah kelompok. Silahkan nukil dan share serta pergunakan untuk kebutuhan dakwah.
 sumber situslakalaka.blogspot.com

1 comment:

  1. Tobat atau malah tambah sesat?... buka www.majelisrasulullah.org download buku kenali akidahmu di situ

    ReplyDelete

Pages

Gabung Yuk....