Membaca
judul diatas, sepintas terbersit dalam benak kita, apa sebab seseorang
dengan level "kyai" tersebut bertaubat dari sebuah organisasi masa
terbesar di Indonesia, ada apa dibalik organisasi massa yang telah
berpuluh-puluh tahun membesarkan namanya ? Beriktu uraiannya :
"Kita
biasa melakukan ziarah ngalap berkah sekaligus kirim pahala bacaan
kepada penghuni kubur/mayit yang sebenarnya hal tersebut atas dasar
kebodohan kita.
Saya
sendiri di kala masih berumur 12 tahun sudah mulai melakukan ziarah
ngalap berkah dan kirim pahala bacaan, dan waktu itu saya belum tahu
ilmu sama sekali, yang ada hanya ikut-ikutan saja (TAKLID).
Saat
itu saya hanya melihat banyak orang yang melakukan, dan bahkan banyak
juga kyai yang mengamalkannya. Hingga saya menduga dan beranggapan bahwa
hal itu adalah suatu kebenaran. (Kyai Afrokhi dalam Buku Putih Kyai NU
hal. 210)
Beliau adalah Kyai Afrokhi Abdul Ghoni, pendiri sekaligus pengasuh Ponpes Rahmatullah.
Nama beliau tidak hanya dibicarakan oleh teman-teman dari Kediri saja,
namun juga banyak diperbincangkan oleh teman-teman pengajian di Surabaya, Gresik, Malang dan Ponorogo.
Keberanian
beliau dalam menantang arus budaya para "kyai" yang tidak sejalan
dengan Al-Qur'an dan Sunnah shahih yang telah berurat berakar dalam
lingkungan pesantrennya, membuatnya dikecam dan dikeluarkan secara
sepihak dari keanggotaan NU.
Sikapnya yang berani terhadap arus kyai itu bukan berlandaskan apriori
belaka, bukan pula didasari oleh kebencian kepada suatu golongan, emosi
atau dendam, namun merupakan Kehendak, Hidayah dan Taufiq dari Allah
ta'ala.
Ketika
itu Kyai Afrokhi dengan terang-terangan hanya mengatakan dan
menjelaskan apa yang haq adalah haq dan yang batil adalah batil.
Ternyata, usaha beliau itu dianggap sebagai sebuah makar terhadap ajaran
Nahdhatul Ulama (NU)
Seandainya
para Kyai itu mau mengkaji kembali ajaran dan tradisi budaya yang
berurat berakar yang telah dikritisi dan digugat oleh banyak pihak.
termasuk dari para ulama tanah haram, tentu penyakit-penyakit kronis
yang ada dalam tubuh NU akan bisa terobati. Aqidah umatnya akan
terselamatkan dari penyakit TBC (Tahayul, Bid'ah, Churofat).
Namun
sayang, dakwah yang disampaikan oleh Kyai Afrokhi dipandang sebelah
mata oleh para Kyai NU setempat. Mereka juga meragukan keloyalan beliau
terhadap ajaran NU. Dengan demikian, beliau harus menerima konsekuensi
berupa pemecatan dari kepengurusan keanggotaannya sebagai a'wan NU
Kandangan, Kediri, sekaligus dikucilkan dari lingkungan para kyai dan
lingkungan pesantren. Mereka semua memboikot aktivitas dakwah Kyai
Afrokhi.
Walaupun
beliau mendapat perlakuan yang demikian, beliau tetap menyikapinya
dengan ketenangan jiwa yang nampak terpancar dari dalam dirinya.
Siapakah
yang berani menempuh jalan seperti jalan yang ditempuh oleh Kyai
Afrokhi, yang penuh cobaan dan cobaan? Atau Kyai mana yang ingin senasib
dengan beliau yang tiba-tiba dikucilkan oleh komunitasnya karena
meninggalkan ajaran-ajaran tradisi yang tidak sesuai dengan syari'at
Islam yang haq?
Kalau bukan karena panggilan iman, kalau bukan karena pertolongan dari Allah niscaya tak seorangpun akan mampu melakukannya.
Kyai Afrokhi adalah sosok yang kuat. Beliau menentang arus orang-orang yang bergelar sama dengan gelar beliau. yakni Kyai.
Di
saat banyak para Kyai yang bergelimang dalam kesyirikan, kebid'ahan dan
tradisi-tradisi yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang haq, di saat
itulah beliau tersadar dan menantang arus yang ada. Itulah jalan hidup
yang penuh cobaan dan ujian.
Uraian
diatas hanyalah secuil fenomena kyai yang telah bertaubat kepada Allah
dari ajaran-ajaran syirik, bid'ah dan kufur. Walaupun Kyai Afrokhi
ditinggalkan oleh para kyai ahli bid'ah, jama'ah serta santri beliau,
ketegaran dan ketenangan beliau dalam menghadapi realita hidup begitu
nampak dalam perilakunya.
Pernyataan taubat Kyai Afrokhi:
Untuk itulah buku ini saya susun sebagai koreksi total atas kekeliruan yang saya amalkan dan sekaligus merupakan permohonan
maaf saya kepada warga Nahdhatul Ulama (NU) dimanapun berada yang
merasa saya sesatkan dalam kebid'ahan Marhabanan, baca barzanji atau
diba’an, maulidan, haul dan
selamatan dari alif sampai ya` yang sudah berbau kesyirikan dan juga
sebagai wujud pertaubatan saya. Semoga Allah senantiasa menerima taubat
dan mengampuni segala dosa-dosa saya yang lalu (Amin ya robbal 'alamin)
(Dinukil
dan diketik ulang dengan gubahan seperlunya dari buku Buku Putih Kyai
NU oleh Kyai Afrokhi Abdul Ghoni, Pendiri dan Pengasuh Ponpes
Rohmatulloh-Kediri-, mantan A'wan Syuriah MWC NU Kandangan Kediri)
catatan:
Kisah nyata ini ditulis hanya semata-mata sebagai nasehat, bukan karena
ada alasan sentimen atau kebencian terhadap sebuah kelompok. Silahkan
nukil dan share serta pergunakan untuk kebutuhan dakwah.
sumber situslakalaka.blogspot.com
Tobat atau malah tambah sesat?... buka www.majelisrasulullah.org download buku kenali akidahmu di situ
ReplyDelete